Senin, 30 Juni 2014

Mengejar Asa


Di ruang ini,
Aku bebas berimajinasi,
Aku bebas menggali,
timbunan harta tanpa harga.

Berbaring,
terpaku menatap birunya langit,

menikmati lelah mengejar asa.
Semilir angin,
tak kuasa membendung bahagianya hati,
yang sedari tadi tenggelam dalam susunan alfabet.
Untuk difahami, setepat mungkin.


Masa yang indah,
bibir terus melafal, 
ketika mata menangkap kata.
Berusaha mengejar asa
I Loveeee it 



Pipin Fajar P L

Jumat, 20 Juni 2014

Skripsi yang lalu




 Hmh, lama ya enggak nulis sesuatu di blog ini. Alhamdulillah sekarang saya sudah disibukkan dengan TA. Maklum, sekarang saya kan sudah semester 8. Kalau saya nggak sibuk buat ngerjain tugas akhir (TA) itu namanya kebangetan,  hehehe. Di jurusan saya, untuk mengerjakan TA kami diberikan pilihan. Mau membuat skripsi atau karya bidang. Teman-teman tentu sudah akrab dengan istilah skripsi. Yah semacam karya tulis begitulah, lebih banyak menganalisis suatu masalah berdasarkan teori-teori tertentu. Sedangkan karya bidang merupakan karya aplikatif dari bidang ilmu yang kita pelajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang "real". Perbedaan lain dari skripsi dan karya bidang, kalau skripsi dikerjakan secara mandiri atau seorang diri, sedangkan karya bidang boleh dikerjakan secara berjamaan atau bertim, hehehe.

 Tadinya sih, saya mau membuat skripsi. Saya bermaksud untuk mengangkat masalah kerjasama investasi antara Path dan Bakrie Global Group. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya saya memutuskan untuk tidak melanjutkan skripsi dengan tema tersebut dan memilih untuk membuat karya bidang yang berkaitan dengan perusahaan hosting bersama dengan 2 rekan saya. Berikut saya tuliskan latar belakang permasalahan skripsi saya yang belum jadi itu. Barang kali bisa memberikan ide untuk teman-teman dalam mengerjakan skripsi atau menjadi bahan diskusi :)

Populasi pengguna internet di dunia terus mengalami peningkatan. Dalam ajang D11 Confrence yang diadakan oleh situs AllThingsD, Marry Meeker yang berasal dari firma Kleiner Perkins Caufield & Byers Meeker mengungkapkan bahwa pada tahun 2013 pengguna internet di seluruh dunia telah menyentuh angka 2,4 miliar orang. Angka tersebut meningkat 8% dari tahun sebelumnya. Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna internet terbanyak  di seluruh dunia yakni sebanyak 55 juta orang. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 58% dibandingkat tahun sebelumnya. Selain itu Indonesia berada di peringkat kedelapan untuk adopsi peranti mobile seperti ponsel cerdas atau smartphone sebanyak 27 juta atau meningkat sebanyak 36% dari tahun lalu (tekno.kompas.com/read/2013/05/31/14233198/pengguna.internet.dunia.capai.24.miliar.indonesia.55.juta).
Penemuan tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada tahun 2012 tentang Profil Pengguna Internet Indonesia 2012. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 65,7% pengguna mengakses internet melalui smartphone. Namun, pengguna internet di Indonesia belum serius dalam memanfaatkan kekuatan teknologi untuk kegiatan yang produktif. Sebanyak 87,8% pengguna internet di Indonesia menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial, kemudian disusul oleh aktivitas browsing sebesar 68,9%, mengupdate berita sebesar 68,3%.
Tingginya akses jejaring sosial pada orang Indonesia merupakan suatu hal yang wajar bila melihat karakteristik orang Indonesia yang termasuk masyarakat high context culture. Bagi masyarakat high context culture, menjaga kualitas hubungan personal merupakan suatu hal yang penting. Mereka seringkali meluangkan banyak waktu untuk mencari tau kehidupan pribadi orang lain. Dalam proses pengambilan keputusan pun, seringkali dipengaruhi oleh subjektivitas mereka terhadap suatu hal. Oleh karena itu, tidak hanya di dunia nyata, pada dunia virtual atau aktivitas online orang Indonesia juga seringkali dipergunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial yang terjalin dengan baik tentu akan membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hubungan.
Tingginya penggunaan internet untuk mengakses jejaring sosial oleh masyarakat Indonesia membuat bisnis di bidang teknologi terutama inovasi aplikasi jejaring sosial di Indonesia menjadi salah satu sektor yang sangat menjanjikan. Hal ini mendorong pertumbuhan inovasi aplikasi jejaring sosial semakin berkembang pesat. Path, merupakan salah satu aplikasi jejaring sosial yang kini populer di Indonesia.  Path mulai muncul di tahun 2010 dan kini tengah menjadi rising star di layanan jejaring sosial. Path memang belum sebesar Facebook atau Twitter, kehebohan penggunanya pun tidak terlalu terasa di Amerika Serikat dan Eropa, namun tidak untuk di Indonesia.
Dari total 23 juta pengguna Path di seluruh dunia, 4 juta diantaranya berasal dari Indonesia. Meskipun dari porsi jumlah pengguna global, pengguna Indonesia hanya sebesar 17,4% namun Indonesia menempati negara yang memiliki jumlah pengguna Path terbanyak di dunia mengungguli Amerika. Selain itu, dari sisi trafik, Indonesia merupakan negara dengan trafik tertinggi yakni 30% dari trafik global (http://inet.detik.com/read/2014/01/15/150937/2467831/319/investasi-bakrie-di-path-diganggu-isu-lumpur-lapindo).
Melihat pertumbuhan Path yang berkembang pesat di kawasan Asia mendorong Dave Morin, CEO Path untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan dari negara di kawasan Asia terutama Asia Tenggara yang menjadi basis pertumbuhan Path. Semenjak awal November 2013 Morin telah melakukan kunjungan bisnis ke Indonesia terkait investasi dengan salah satu perusahaan di Indonesia. Pada awal tahun 2014, Path secara resmi mengumumkan investasi putaran ketiganya .
Path mendapat pendanaan putaran ketiga (Seri C) dari beberapa investor, totalnya mencapai USD 25 juta atau senilai Rp. 304 miliar. Dalam investasi kali ini, Path mendapat investor baru salah satunya dari Indonesia, yaitu Bakrie Global Group. Selain Bakrie Global Group, investor lain yang berpartisipasi dalam pendanaan Seri C adalah Greylock Partners, Kleiner Perkins, Index Ventures, Insight Venture Partners, Redpoint Venture Partners, dan First Round Capital (http://tekno.kompas.com/read/2014/01/11/1521024/path.diinvestasi.bakrie.orang.indonesia.bereaksi). Namun, sempat berhembus kabar bahwa dana USD 25 juta tersebut dikeluarkan oleh Bakrie Global Group sepenuhnya, atau sebagian besar saham Path dimiliki oleh Bakrie Global Group. Padahal nilai investasi Bakrie Global Group di Path tidak lebih dari 1%. 
Bakrie Global Group merupakan kelompok perusahaan milik keluarga Abu Rizal Bakrie. Dave Morin yakin bahwa kesepakata tersebut akan membuat pertumbuhan bisnis Path makin kencang di masa depan. Menurutnya investasi dari Bakrie Global Group sejalan dengan visi perusahaan untuk berfokus menggarap pasar Asia yang dinilai sangat prospektif. Investasi tersebut sebenarnya merupakan kerjasama bisnis seperti pada umumnya. Namun, sebagian masyarakat Indonesia memandang sinis investasi ini.
Sebagian masyarakat Indonesia kecewa pada Path setelah menerima investasi dari Bakrie Global Group. Kekecewaan tersebut berkaitan dengan kontroversi bencana lumpur panas di Sidoharjo akibat penambangan yang digarap oleh PT. Lapindo Brantas, salah satu anak perusahaan Bakrie Global Group sehingga menimbulkan bencana nasional. Masyarakat menilai bahwa kasus lumpur panas di Sidoharjo belum selesai secara tuntas karena PT. Lapindo Brantas belum menyelesaikan tanggung jawabnya untuk melunasi ganti rugi kepada seluruh korban. Mereka menganggap bahwa kerjasama tersebut telah melukai hati masyarakat Sidoarjo yang merupakan bagian dari Indonesia.
Hal ini menimbulkan kontroversi pada masyarakat Indonesia. Sebagian pengguna Path di Indonesia melakukan kampanye #NoPath4Me di Twitter sebagai bentuk kecaman terhadap Path yang telah menerima investasi dari Bakrie Global Group. Tidak hanya itu mereka juga membuat dan berbagi gambar olahan (meme) dengan nuansa lucu tentang hubungan bisnis antara kedua perusahaan itu. Bahkan sebagian diantaranya menonaktifkan akun Path mereka sebagai bentuk simpati terhadap korban lumpur Sidoharjo. Reaksi keras dari orang Indonesia ini tentu sangat mengancam reputasi Path bila tidak ditangani dengan baik.
Adalah hal wajar jika publik mempunyai harapan-harapan untuk bisa dipenuhi oleh aktivitas perusahaan. Namun, jika terjadi kesenjangan antara harapan publik dengan kebijakan, operasional, produk atau komitmen perusahaan terhadap publik, maka disitulah muncul isu (Galloway&Kwansah melalui Rachmat Krisyantono, 2012:152). Jika perusahaan tersebut gagal mengantisipasi sebuah isu, ada kemungkinan isu tersebut berjalan liar dan tidak terkontrol dan mengakibatkan  krisis. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan manajemen isu dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya krisis.
Seperti yang dialami Nestle pada Maret 2010, Greenpeace melancarkan kampanye yang menuduh Nestle terlibat dalam penghancuran habitat orang utan di Indonesia karena bekerjasama dengan Sinar Mas untuk memasok minyak kelapa sawit (Majalah MIX, 2012 : 35). Sinar Mas merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia yang membabat hutan dan lahan gambut yang kaya akan karbon dan menjadi rumah bagi Orang Utan. Penggunaan minyak kelapa sawit dari Sinar Mas oleh Nestle untuk produk coklat Kit Kat melahirkan tuduhan bahwa Nestle ikut mendorong kepunahan orang utan dan mempercepat perubahan iklim global.
Untuk melancarkan kampanye itu, Greenpeace membuat sebuah iklan parodi Nestle Kit Kat. Iklan itu menggambarkan seorang laki-laki pekerja kantor mengkonsumsi Kit Kat kemudian coklatnya berubah menjadi serabut sawit dan mulut laki-laki tersebut berlumuran darah segar. Video iklan itu di-posting Greenpeace ke Youtube. Kemudia diunduh dan di-upload ulang pengguna Youtube lainnya dan menghasilkan komentar luas seluruh platform media sosial. Beragam komentar negatif bermunculan dan mengancam reputasi pun menyerang Nestle. Nestle pun akhirnya “mengalah” dan tidak memperpanjang kontrak pembelian minyak sawit dari Sinar Mas Group.
Kasus Nestle tersebut memberikan pelajaran bahwa perusahaan atau organisasi merupakan sebuah sistem. Hal ini menekankan bahwa organisasi, seperti organisme, terbuka terhadap lingkungan dan harus mencapai sebuah hubungan yang tepat dengan lingkungan jika ingin bertahan hidup (Morgan dalam Prayudi, 2012:43). Reputasi memiliki sejumlah elemen penting yang saling terkait, yakni para pemegang saham utama (saham di perusahaan dan saham publik), karyawan dan pelanggan. Elemen-elemen tersebut saling terkait satu sama lain. Selain berorientasi pada kemajuan perusahaan atau lingkungan internal, perusahaan juga harus peduli terhadap lingkungan eksternal seperti pelanggan.


Yah, itu tadi latar belakang permasalahan dari skripsi yang pernah saya susun. Saya sangat terbuka jika ada yang mau memberikan masukan atau saran meski saya tidak tahu apakah tulisan ini akan saya lanjutkan atau tidak. Sekarang, saya mau fokus dulu pada karya bidang saya. Mohon do'anya ya teman-teman semoga saya diberikan kemudahan dalam mengerjakan karya bidang bersama rekan-rekan satu tim dan client. Semoga apa yang saya kerjakan membawa manfaat bagi banyak pihak. Saya juga ingin sekali segera mempersembahkan kelulusan saya sebagai bukti tanggung jawab saya atas kepercayaan yang diberikan oleh kedua orang tua saya. Selain itu, sebenarnya saya ingin segera membayar janji, iya saya pernah berjanji pada seseorang untuk menghadiahi wisuda saya sebagai kado ulang tahunnya di tahun ini. Janji adalah janji, saya akan berusaha menepati. Semoga bisa segera terwujud. aamiin


Pipin Fajar P Lestari