Rabu, 03 September 2014

PROSES BERFIKIR KREATIF

Gambaran mengenai bagaimana dan kapan proses kreatif sedang berjalan sangat abstrak untuk dijelaskan. Proses kreatif berjalan dengan misterius, personal dan subjektif. Meskipun demikian, untuk berpikir kreatif terdapat pola-pola berulang yang sama.
Wallas dalam Solso (1998) mengemukakan bahwa sebelum dihasilkan suatu produk kreatif, ada empat tahap dalam proses kreatif yang harus dilalui, yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap iluminasi dan tahap verifikasi.


Penjelasan singkat tahap-tahap tersebut sebagai berikut.
  1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah, Berbekal ilmu pengetahuan dan pengalaman, individu menjajaki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah. Memang, di sini belum ada arahan yang tentu atau tetap, akan tetapi alam pikirannya mengeksplorasi bermacam-macam alternatif. Pada tahap ini pemikiran divergen atau pemikiran kreatif sangat dibutuhkan.

2.  Tahap Inkubasi
Tahap ini adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalam waktu tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit, atau detik saja). Dalam tahap ini ada kemunginan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya dan akan teringat kembali pada saat berakhirnya tahap pengeraman dan munculnya masa berikutnya.

3.  Tahap Iluminasi
Tahap ini adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuj cetusan spontan, seperti digambarkan oleh Kohler dengan kata-kata “now I see” yang berarti “oh ya”.

4. Tahap Verifikasi
Tahap ini disebut juga tahap evaluasi, yaitu suatu tahap ketka ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Tahap ini membutuhkan pemikiran kritis dan konvergen. Pada tahap ini proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh pemikiran konvergensi (pemikiran kritis). Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh kritik. Firasat harus diikuti sikap hati-hati dan imajinasi oun harus diikuti oleh pengujuan terhadap realitas.
Guilford dalam Fahoroh (1990) menjelaskan bahwa ada lima tahapan dalam berpikir kreatif.

Berikut ini adalah kelima tahapannya :
  •  Memahami masalah

Orang-orang yang kreatif biasanya memiliki kepekaan istimewa terhadap masalah. Mereka selalu bertanya dan cenderung mencari sendiri masalah-masalah daripada menunggu orang lain menyodorkan masalah untuk mereka pecahkan. Mereka senang memilih tujuan yang menantang dan akan berusaha mencapainya sampai berhasil, sejauh usaha itu memberi peluang bagi munculnya ide-ide baru.

  •  Merumuskan masalah

Orang-orang yang kreatif lebih toleran menghadapi ketidakpastian. Namun, umumnya mereka cenderung mencoba merumuskan sendiri suatu masalah sehingga masalah itu menjadi bermakna, dalam arti membuka kesempatan bagi mereka untuk menemukan jawaban-jawaban yang imajinatif dan orisinal.

  •  Mengedepankan pikiran

Orang-orang yang kreatif pandai menemukan ide-ide yang orisinal. Mereka tidak segera mengerjakan hipotesis secara intuitif sebelum menyelidiki fakta-fakta. Ide mereka bermacam-macam dan terus mengalir, sedangkan fantasi dan imajinasi mereka luas biasa. Orang-orang yang kreatuf tidak takut menggantikan yang biasa dengan yang tidak biasa untuk menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru.

  • Iluminasi atau pencerahan

Dalam psikologi hal ini disebut AHA-erlebnis. Pengalaman AHA ialah rasa lega yang menyertai dicapainya insight atau pencerahan dalam memecahkan masalah secara tiba-tiba. Orang-orang yang kreatif biasanya akan mengerahkan energi yang lebih besar lagi. Mereka ingin segera melihat hasil usaha pada tahap pengendapan pikiran.

  • Evaluasi

Tahap ini menimbulkan kesan sebagai unsir yang tidak kreatif. Pada tahap ini, kenyataannya orang-orang yang kreatif biasanya senang menyelidiki segala dampak atau akibat dari ide-ide dan ciptaan mereka dengan cara mengevaluasinya kembali ke permulaan.


Sumber 

Ghufron, M.Nur dan Rini Risnawita S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media